Merumuskan Hipotesis Penelitian
Adapun beberapa ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo (2015) sebagai berikut:
- Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative statement), bukan kalimat tanya. Statement tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar hasil kajian teori yang digunakan
- Peneliti harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai isi hipotesisnya. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan kajian yang mendalam tentang teori yang digunakan dalam menyusun hipotesisnya
- Dalam penelitian eksperimen hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas, perbedaan atau pengaruh dari suatu variabel ke variabel yang lain. Dalam hipotesis sedikitnya ada dua variabel yang diteliti
- Hipotesis harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik) pengukuran masingmasing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi penelitian juga harus menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk mengujia hiptesis penelitian.
Cara Menyusun Hipotesis
Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak ‘jatuh dari langit’ atau muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja meskipun dugaan peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya kelak. Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi berasal dari penguraian landasan teori yang disusun sebelumnya. Teori tersebut mengkaitkan keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Dalam merumuskan suatu hipotesis, terdapat dua cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang (mereviu) teori atau konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian beserta hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses berpikir deduktif. Cara kedua, adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hal ini yang disebut sebagai proses berpikir induktif.
Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan) penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada umumnya hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil penelitian, yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan penelitian.
Hipotesis harus diuji kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan teknik analisis statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan penelitian dan jenis skala data pada masingmasing variabel.